Kesenian Tradisional Masyarakat Banten

Remini20210721192838252

Hai Sobat Pio! Terdapat berbagai macam kesenian tradisional, salah satunya ialah debus.  Apa itu debus? Debus merupakan kesenian bela diri masyarakat orang Sunda Banten yang tersebar luas di wilayah Jawa Barat dan Sumatra Barat, mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama Islam, namun pada masa penjajahan Belanda tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa beralih fungsi, kesenian ini digunakan untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Banten melawan musuh. Kesenian debus sempat menghilang bersamaan dengan melemahnya pemerintahan Sultan Rafiudin, hingga akhirnya muncul lagi pada tahun 1960 sampai sekarang. Saat ini, debus ingin fokus pada kekebalan seseorang terhadap benda tajam, benda keras, bara api, dan barang yang tidak lazim.

Debus dapat dikembangkan di Padepokan atau Sanggar Silat. Akan tetapi, tidak semua Padepokan melakukan kesenian debus. Kesenian debus dan pencak silat memang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap pemain debus sudah pasti pesilat, namun tidak setiap pesilat adalah pemain debus. Ada tiga aliran pencak silat yang cukup besar di wilayah Banten, yaitu aliran cimande, bandrong, dan terumbu. Aliran tersebut mewarnai karakteristik kesenian debus yang dipimpin oleh seorang guru besar atau syekh. Pemain debus sekitar 20 termasuk pemain atraksi dan penabuh nayaga. Sebelum memulai atraksi, seluruh perlengkapan sudah harus disiapkan seperti pemain, penabuh, dan pemimpin permainan disebut juga syekh.

Peralatan pemain terdiri dari debus dengan gadanya, golok, pisau, bola lampu, kelapa, alat penggoreng, dan lain-lain. Untuk alat musik pingiring terdiri dari gendang besar, gendang kecil, rebana, dan kecrek. Setelah peralatan siap, maka atraksi akan segera dimulai dengan diawali berbagai lagu tradisional dan zikir pujian kepada Tuhan dan Rasulnya. Untuk membuat suasana semakin mencekam, maka pemain debus akan melakukan atraksi lanjutan di antaranya berjalan di atas bara api yang menyala, memukul bata di kepala dengan kayu, menjilat pisau yang dibakar, menorehkan pecahan botol ke badan, menusuk pipi dengan jarum, menginjak pecahan kaca, menyiram badan dengan air keras, menusuk perut dengan paku banten atau almadad, mengupas kulit kelapa dengan gigi, menyayat badan dengan golok yang tajam, dan menusuk lidah dengan kawat (sujen dan jara).

Nah, Sobat Pio bisa menyaksikan atraksi debus diberbagai wilayah, tetapi sekarang atraksi debus hanya ada saat acara tertentu. Jadi tidak setiap hari bisa melihat atraksi ini. Warisan budaya yang semakin lama punah oleh perubahan jaman. Sekian artikel kali ini dan sampai bertemu di edisi selanjutnya. (RED_SSS)

Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *