GAMELAN


Hai, Sobat Pio! Kalian pasti tidak asing dengan Gamelan. Gamelan merupakan alat kesenian tradisional Indonesia. Membunyikan alat musik tersebut dengan cara dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul disebut pukulan, barang yang sering diketok disebut ketokan atau kentongan, barang yang sering digembel disebut gembelan, kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul. Gamelan termasuk music perkusif. Perkembangan penggunaan gamelan untuk upacara ritual, bersifat keagamaan, pendidikan, media penerangan, dan lain-lain.

Pada abad-abad permulaan masehi kedatangan perdagangan Tiongkok bukan saja sebagai misi dagang tetapi juga sebagai misi kebudayaan. Dalam jumpa dagang mereka saling bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing, juga sampai pada hal kepercayaan. Kepercayaan Tiongkok mempercayai bahwa roh nenek moyang mereka senang terhadap bunyi-bunyian. Karena alat-alat bunyi-bunyian dipergunakan demikian, maka alat-alat tersebut juga dikeramatkan. Perkembangan dari alat-alat inilah yang menjadi gamelan yang sekarang ini.

Dalam perkembangan unit-unit gamelan, musik-musik etnis di Indonesia 90% jenis musik perkusif artinya memainkannya dipergunakan alat pukul. Alat music etnis ritualis menjadi alat musik religius, kemudian menjadi musik sarana yaitu gamelan untuk dakwah, untuk sarana pendidikan, dan untuk media penerangan. Pada zaman gamelan sebagai sarana ini jumlah unitnya selalu mengalami penambahan antara lain ditambah macam-macam kendang, macam-macam alat musik petik, macam-macam alat musik gesek, bahkan tambur, terbang, jedor, bedug, dan lain-lain masuk kedalam musik gamelan.

Gamelan memang alat untuk mengiringi tari-tarian, gamelan bisa untuk mengiringi semua macam tarian-tarian seperti tarian klasik dan tarian modern. Selanjutnya gamelan dan pemujaan menurut sejarah gamelan mula-mulanya digunakan untuk pemujaan kepada roh-roh halus, maupun roh-roh leluhur atau upacara ritual. (RED_AHA)

Sumber : https://budaya.jogjaprov.go.id

Wayang Sekelik


Hai, Sobat Pio! Apa kalian tahu apa itu Wayang Sekelik? Wayang Sekelik merupakan sastra lisan warahan yang kemudian mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan menjadi bentuk visual, yakni yang kita kenal dengan Wayang Sekelik atau Wayang Saudara. Wayang Sekelik ini berasal dari Lampung. Wayang Sekelik mulai muncul pada tahun 2005, dan mulai berkembang pada tahun itu juga. Dimulai saat salah seorang punyimbang tokoh adat Tulang Bawang Megou Pak mengadakan diskusi mengenai budaya warahan sebagai sastra tutur yang selama ini ditampilkan tanpa penggambaran agar diaktualisasikan melalui wayang, guna mempermudah penonton untuk memahami alur cerita. Budaya wayang ini sebenarnya telah ada dan populer di kalangan masyarakat Lampung sejak lampau akibat akulturasi budaya Jawa dan Lampung. Akan tetapi tidak dikenal luas dengan nama wayang, melainkan dikenal dalam Bahasa Lampung sebagai ‘lineu’ atau bisa diartikan sebagai bayangan.


Secara visual tidak ada perbedaan antara Wayang Sekelik dengan Wayang Jawa. Tapi, bila dicermati lebih dalam ada sejumlah perbedaan. Contohnya, ornamen gunungan dalam Wayang Sekelik menyimbolkan budaya Lampung. Lalu, ada Siger, Siwo Migo atau sembilan marga, serta adanya ornamen pucuk rebung dalam detail wayang. Wayang Sekelik juga memiliki sinden layaknya pementasan Wayang Jawa, dimana saat pementasan akan membawakan lagu sesuai adegan seperti begurau (humor), dan panggeh-ringgeh. Sedangkan untuk tabuhan Wayang Sekelik ini berbeda dengan Wayang Jawa, yang biasanya Wayang Jawa menggunakan gemelan, tetapi Wayang Sekelik diiringi dengan Talo Balak. Dengan berbagai jenis tabuhan sesuai lagu meliputi Tabuh Rajo Menggalo, tabuh layang kasiwan, dan Tabuh Alau-alau semua dimainkan tergantung kondisi serta disesuaikan dengan adegan.


Salah satu sastra lisan Lampung yang sering digunakan sebagai topik menampilkan Wayang Sekelik adalah cerita tentang terbentuknya Kampung Gunung Sugih. Dalam cerita tersebut menggambarkan adanya wilayah Lampung Tengah dahulu kala sebelum bernama Gunung Sugih, yang diberi nama Pulau Apus. Dalam cerita tersebut ada dua lakon utama yaitu Patik Guling Sekaro dan Marskal Sigalang-galang yang berasal dari Sumatera Barat serta Sumatera Utara. Dari penyampaian sastra lisan tersebut, kemudian menjadi lakon dalam Wayang Sekelik. Saat ini mulai berkembang berbagai pementasan yang dilakukan berlandaskan dari cerita-cerita daerah Lampung guna menarik minat masyarakat untuk menyaksikan serta memahami kisah asli Lampung. Harapannya, semoga Wayang Sekelik ini dapat terus terjaga, dan bisa dinikmati dan dicintai masyarakat Lampung. Apa Sobat Pio tertarik untuk ingin tahu lebih dalam lagi tentang Wayang Sekelik? (RED_DEW & RED_NKE)

Sumber : https://www.antaranews.com

Tradisi Pemakaman Unik dan Mengerikan di Tibet


Hai, Sobat Pio! Apakah kalian sudah tau ada tradisi pemakaman unik yang dijalani oleh masyarakat Tibet? yaitu Tradisi Pemakaman Langit. Tradisi pemakaman langit di Tibet ini merupakan ritual tradisional Buddhisme Tibet, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang sudah meninggal. Orang yang masih menjalankan ritual ini adalah Biara Buddha Tibet tradisional yang sangat terpencil didekat Tagong Sichuan Timur Laut. Tempatnya pun berada di puncak gunung, serta dikelilingi oleh lautan bendera doa Tibet dan sebuah lempengan batu. Biasanya manusia ketika sudah meninggal, jasad mereka akan dikubur atau dikremasi. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi sebagian masyarkat Tibet. Tradisi di Tibet ini hanya membiarkan jasad orang yang telah meninggal di alam terbuka. Apabila ada seorang penduduk Tibet meninggal dunia, jasadnya akan dibalut dengan kain putih dan disemayamkan di sudut rumah selama tiga hingga lima hari. Proses pemakaman langit di Tibet selanjutnya akan dilaksanakan oleh biksu atau lama, pemuka spiritual di Tibet, ia akan membacakan ayat-ayat suci kepada jenazah agar jiwa yang meninggal bisa terbebas dari siksaan. Keluarga yang ditinggalkan juga akan menghentikan aktivitas sehari-hari mereka, dan mengusahakan situasi rumah menjadi lebih tenang, agar jiwa yang meninggal mendapat jalan yang aman ke surga. Setelah masa mendoakan usai, anggota keluarga kemudian memilih hari baik untuk pemakaman dan menghubungi rogyapas (pembawa jenazah), untuk melakukan prosesi pemakaman. Sehari sebelum pemakaman, keluarga akan melepas kain yang membungkus jenazah dan memosisikan jenazah meringkuk seperti janin. Pada hari yang telah ditentukan, jenazah dibawa ke puncak gunung. Kemudian, dupa khusus akan dibakar untuk menarik perhatian burung kondor. Pemuka spiritual kemudian melantunkan ayat-ayat suci untuk melebur dosa yang meninggal, sementara rogyapas akan memulai ritual memotong-motong jasad. Ritual pemakaman langit memiliki makna filosofis yang dalam bagi penganut Buddha di Tibet. Masyarakat setempat percaya bahwa ketika burung kondor memakan potongan-potongan jasad dari orang yang meninggal, artinya orang tersebut tidak memiliki dosa dan jiwanya akan pergi dengan tenang ke surga. Sisa-sisa jasad yang tidak dimakan oleh burung kondor, akan dibakar dan Lama akan membacakan doa. Hal ini dilakukan karena sisa-sisa tubuh itu dipercaya akan mengikat jiwa orang yang meninggal dengan dunia.Di Tibet, terdapat dua lokasi yang dikenal sebagai situs pemakaman langit. Pertama adalah Biara Drigung Til, yang terletak di daerah Maizhokunggar. Lokasi kedua adalah Akademi Buddha Larung Gar, yang merupakan akademi Buddha terbesar di dunia. Jadi itulah sekilas informasi mengenai Tradisi pemakaman masyarakat Tibet. ( RED_DEW & RED_NKE)

Sumber : https://www.kompas.com

Karya Kreatif Mataraman


Hai, Sobat Pio! Bank Indonesia Kota Kediri baru saja mengadakan ulang tahunnya yang ke-100 tahun. Tepatnya di Halaman Balai Kota Kediri di jalan Basuki Rahmat No.15, Pocanan, Kota Kediri, Jawa Timur. Acara ini berlangsung pada tanggal 17-18 Juni 2023. Tema yang diusung pada acara kali ini, yaitu Karya Kreatif Mataraman. Di acara ulang tahun yang ke-100 tahun ini ada banyak sekali macam kegiatan, seperti Showcase Produk Mataraman dan Mataraman Fashion Trend. Untuk ikut berpartisipasi di dalam acara tersebut, tidaklah mudah karena harus mengikuti beberapa seleksi dan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh peserta. Salah satunya yang berhasil lolos dari tahap tersebut adalah Alya Batik yang merupakan salah satu rumah produksi batik dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Batik sendiri merupakan hasil karya bangsa Indonesia yang memiliki perpaduan antara seni lukis dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik dianggap sebagai warisan budaya oleh masyarakat Indonesia sebagai ikon budaya. Pemilik Rumah produksi Alya Batik, yaitu Bu Tiwi mengatakan bahwa proses pembuatan kain batik di Alya Batik ini dibuat secara handmade. Beliau sudah memproduksi batik kurang lebih 8 tahun. Batik hasil pembuatan Alya Batik sangat bermacam-macam, seperti batik tulis, batik cat, dan batik tulis seni cat pewarnaan secara sintesis maupun perwanaan alami. Toko Batik tersebut lebih banyak memproduksi kain akan tetapi, ada juga kemeja. Kemeja yang diproduksi sendiri sudah di distribusikan ke kota-kota besar salah satunya Jakarta. Bu Tiwi juga mengatakan bahwa anak-anak muda pada zaman sekarang lebih tertarik pada batik kain dengan warna bercorak yang lebih cerah. Untuk harga pasaran dari Alya Batik ini, dibagi menjadi 2 golongan pasar, seperti golongan menengah kebawah dan golongan menengah keatas, sedangkan untuk golongan menengah ke bawah batik cat dari pewarnaan sintetis dijual dengan harga sekitar 185-200 ribu, sehingga dapat dijangkau untuk kaum menengah ke bawah. Untuk harga menengah keatas batik perwarnaan alam dijual dengan harga sekitar 850 ribu ke atas dengan ukuran 2,5 m. Harga tersebut sedikit mahal karena, pewarnaan alam membutuhkan proses yang lebih lama dengan resiko yang tinggi dan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 20 hari. Kebanyakan kain batik buatan rumah produksi Alya Batik ini diproduksi dengan cara di laser. Jadi, proses plorotannya sebanyak 2 kali, maka dari itu prosesnya sangat lama dan harganya tidak bisa murah. Harapan Bu Tiwi dengan diadakannya Karya Kreatif Mataraman ini adalah, semoga anak-anak muda zaman sekarang bisa mencintai dan bangga atas produk-produk Indonesia dan bisa mencintai warisan leluhur Indonesia. Dikarenakan jika anak-anak muda zaman sekarang sebagai generasi bangsa tidak bangga dan tidak mencintai produk Indonesia, Batik Indonesia mudah ditiru dan diambil oleh negara lain.(RED_NKE)

Narasumber: Bu Tiwi Poncowati

Sejarah Wayang Golek dari Sunda, Jawa Barat


Hai, Sobat Pio! Ketika mendengar mengenai wayang golek, secara langsung kita sepakat menamainya sebagai salah satu warisan kebudayaan sunda. Seni pertunjukan wayang trimarta atau tiga dimensi ini sangat banyak dijumpai di wilayah jawa barat, mulai dari daerah Banten sampai Cirebon, atau bahkan daerah perbatasan dengan Jawa Tengah masih sering dipertunjukan kesenian ini.

Wayang golek sendiri merupakan sebuah tokoh pewayangan yang terbuat dari boneka kayu yang dicat sedemikian rupa, pertunjukan wayang golek biasanya digunakan sebagai media untuk bercerita, edukasi, ataupun sarana dakwah melalui kisah sejarah jawa, tentang islam, mahabharata, dan lain-lain. Pada masa sekarang ini, wayang golek sudah mulai termakan oleh modernisasi, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa wayang golek merupakan seni rakyat yang sangat penting dan memiliki nilai sejarah. Untuk mencintai budaya wayang golek kita perlu mengenal lebih jauh kesenian ini melalui sejarahnya.

1. Sejarah Asal-Usul Wayang Golek

Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari keberadaan wayang kulit, Sejalan dengan itu berkenaan penyebaran wayang di Jawa Barat adalah pada masa pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudian disebarluaskan para Wali Sanga. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568 memegang kendali pemerintahan di kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah untuk memperluas penyebaran agama Islam

2. Perkembangan Wayang golek Berbahasa Jawa

Seiring kehadiran wayang golek di babad jawa pada sekitar 1548 Sunan Kudus memperkenalkan budaya wayang yang terbuat dari kayu, yang kemudian disebut sebagai wayang golek. Karena wayang golek sendiri adalah hasil dari perkembangan wayang kulit. Sunan kudus membuat wayang dari material kayu yang kemudian dipentaskan pada saat siang hari. Pendapat tersebut diyakini sebagai awal munculnya kesenian wayang kayu yang lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara Pulau Jawa pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa yaitu kesultanan Demak tumbuh disana. Menurut legenda yang berkembang disinilah Sultan Kudus menggunakan wayang golek dengan dialog bahasa jawa sebagai media untuk menyebarkan islam dimasyarakat.

3. Perkembangan Wayang Golek Modern

Dalam perkembangan wayang golek, pada awal tahun 70-an seni pertunjukan ini mulai menghadirkan bintang pesinden yang terkenal yang bahkan ketenaranya melebihi seorang dalang. Pesinden pada saat ini menjadi wajib dalam pagelaran wayang sebagai pelengkapan percakapan dalang melalui para lakon wayang. Bagi seniman wayang yang masih tetap mempertahankan nilai tuntunan, mereka tetap berupaya mengembangan daya kreatifitasnya melalui keseimbangan antara penggarapan segi tontonan yang menuntun penikmatnya. Wadah, perangkat kasar, meliputi penggarapan unsur-unsur pedalangan (penggarapan tokoh, lakon, alur, sastra pedalangan, sabet, iringan, dan lain-lain).

Sekian penjelasan mengenai sejarah seni wayang golek di Indonesia, semoga artikel ini bermanfaat bagi Sobat Pio dan sampai bertemu di edisi selanjutnya. (RED_RHN)

Sumber: https://ilmuseni.com

Akibat Perkembangan Zaman Kebudayaan mulai pudar


Hai, Sobat Pio! Kabar buruk, karena zaman sekarang para generasi milenial sudah mengesampingkan kebudayaan. Padahal kebudayaan itu penting untuk jati diri suatu daerah, coba Sobat Pio bayangkan jika suatu daerah kehilangan kebudayaan nya? Akan berdampak buruk kan.

Nah, perlu kita ketahui terlebih dahulu nih Sobat Pio. Kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan, dll. Kebudayaan dapat terbentuk karena adanya kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang menghasilkan nilai positif. Masih sedikit sekali pengetahuan generasi milenial tentang kebudayaan yang ada di daerah mereka. Apa Sobat Pio tahu, kesenian Ujungan itu apa dan dari mana kesenian Ujungan itu berasal? Mungkin akan kita bahas sedikit pada artikel kali ini.

Ujungan adalah sebuah tradisi berupa tarian pukul – memukul yang ada di Jawa barat, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tradisi Ujungan ini dilakukan dengan cara mengadu dua orang dan mereka harus saling memukul satu sama lain dengan sebuah rotan dengan diiringi musik gamelan. Kegiatan ini adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat untuk ritual meminta hujan pada saat musim kemarau tiba, agar hujan turun konon katanya masyarakat setempat yang mengikuti festival tersebut harus memukul sebanyak mungkin bahkan, sampai mengeluarkan darah sekalipun sehingga bisa dikatakan berhasil untuk meminta hujan itu turun. Sebenarnya, tradisi Ujungan ini telah ada sebelum Belanda datang ke Indonesia. Pada tahun 1950, tradisi Ujungan ini berkembang menjadi ajang pencarian pendekar beladiri. Siapapun yang memenangkan pertarungan ini, maka status sosialnya akan naik.

Kesimpulannya Sobat Pio, kita sebagai generasi muda sudah menjadi keharusan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan. Simpel nya saja agar kebudayaan – kebudayaan tersebut tidak berhenti digenerasi kita saja, bahkan bisa berdampak negatif untuk generasi yang akan datang. Jangan sampai kita biarkan kemajuan zaman semakin menggerus dan menyebabkan hilangnya kebudayaan yang ada. Kita bisa saja membuat konten di platform yang banyak tersedia dan dapat diakses oleh banyak orang. Sekian dulu untuk artikel kali ini, dan mohon maaf jika ada salah kata dalam penyampaian informasi.(RED_AYD)

Sumber : https://www.kompasiana.com/

 

Memperkenalkan Budaya Indonesia di Era Digital


Hai, Sobat Pio! Keberagaman budaya Indonesia bukan lagi hal yang asing di mata dunia. Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat banyak dengan ciri khas di setiap wilayahnya. Keberagamaan budaya ini tidak lepas dari sepak terjang para pendahulu bangsa yang terus melestarikannya, agar bisa dinikmati sampai sekarang. Berbicara tentang keberagaman budaya Indonesia, di era digital yang serba canggih ini, masa di mana informasi dapat disebarluaskan dengan mudah dan cepat menggunakan teknologi digital yang terhubung dengan saluran internet. Kesempatan ini merupakan kesempatan emas yang sangat bisa dimanfaatkan untuk dapat memperkenalkan dan lebih melestarikan budaya yang katanya sudah mulai padam.

Apakah Sobat Pio tau era digital yang terjadi sekarang merupakan bentuk adaptasi menuju era normal yang baru. Menuju dunia yang serba canggih tapi seni tradisi yang menjadi identitas bangsa Indonesia tidak boleh mati. Keberagaman seni budaya yang menjadi ciri khas di setiap daerah. Sudah menjadi kewajiban setiap bangsa untuk terus mencintai dan melestarikannya.

Platform media sosial yang bisa digunakan untuk branding sangatlah banyak lho Sobat Pio, mulai dari Instagram, Blog, YouTube, Facebook, Tiktok, Twitter, dan lainnya. Namun hal ini juga tidak bisa berjalan mulus tanpa dukungan masyarakat hingga pemerintah. Berikut beberapa tahapan yang bisa kita lakukan untuk memperkenalkan budaya Indonesia di era digital ini :

1. Share yaitu membagikan pengalaman tradisi menarik di sekitar tempat tinggal

2. Promotion yaitu menawarkan produk khas yang dimiliki daerah

3. Study yaitu mempelajari dan mengikuti budaya lokal lebih dalam

4. Branding yaitu menjadikan budaya asal sebagai identitas

5. Collaboration yaitu mengkolaborasikan budaya dengan teknologi dan media

6. Fasilitator yaitu membantu memberikan jalan dan tempat bagi para pegiat seni di media digital

Kemajuan teknologi bukanlah cara kita untuk tidak melestarikan kebudayaan, budaya adalah identitas, maka kewajiban kitalah untuk menjaganya. Mari kita sama-sama terus jaga kelestarian budaya yang dimiliki Indonesia. Agar tetap abadi dan dapat terus dinikmati. Era digital ini, harus membawa dampak positif bagi penerus bangsa, untuk tetap berusaha dan berjuang menjaga budaya yang dimiliki Indonesia agar tetap lestari. Sekian artikel hari ini semoga bisa bermanfaat buat Sobat Pio dan sampai bertemu di edisi selanjutnya. (RED_ANY)

sumber : https://digitalbisa.id

 

 

 

 

Tradisi Lukat Geni


Hai, Sobat Pio! Setiap Provinsi, Kabupaten, ataupun Kota yang terdapat di nusantara pasti memiliki tradisi, seni, budaya yang unik dan beranekaragam. Tradisi itu sendiri muncul karena warisan budaya dari para leluhur. Nah, kali ini kita akan membahas salah satu budaya yang ada di Bali.

Selain objek wisata dengan pemandangan yang indah, Bali juga memiliki keunikan budaya yang menambah minat kunjungan wisata ke pulau ini. salah satu tradisi yang ada di Bali dan masih dilestarikan oleh masyarakat adalah tradisi Lukat Geni sebelum pengerupukan atau disebut perang api. Tradisi ini dirayakan oleh jama’ah puri setempat.  Pelaksanaan ritual ini adalah pada malam pengerupukan, lebih tepatnya sehari sebelum hari raya nyepi.

Tradisi Lukat Geni sempat vakum cukup lama dan mulai dilestarikan kembali beberapa tahun terakhir untuk menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur. Akan tetapi Sobat Pio, sebenarnya arti dari lukat geni itu sendiri apa sih? Jadi, Lukat Geni berasal dari kata “lukat” atau melukat yang memiliki arti membersihkan dari kotoran baik lahir ataupun batin, sedangkan istilah “geni” artinya adalah api. Lukat Geni itu sendiri merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Bali sebelum pengerupukan yang bertujuan untuk melepaskan ataupun mengurangi kotoran dengan sarana api.

Tujuan lain tradisi ini adalah menetralisir kekuatan negatif dari alam serta menghilangkan sifat buruk pada diri manusia sebelum ia merayakan Catur Brata Penyepian dan supaya alam juga menjadi seimbang serta tercapai keharmonisan dan eratnya tali persaudaraan.

Sarana yang digunakan warga adalah api dari daun kelapa kering yang diikat. Tapi apakah tidak berbahaya Sobat Pio? Nah menariknya, tidak ada masyarakat yang terluka meskipun menggunakan sarana api. Fakta menarik lainnya, peperangan tersebut tidak menimbulkan amarah ataupun dendam diantara masyarakat.

Kesimpulannya adalah setiap tradisi yang ada pasti memiliki tujuan tertentu, dan setiap tradisi itu memiliki ciri khas dan keunikan. Kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah menghormati dan melestarikan tradisi dan budaya yang ada. (RED_DRY)

Sumber : http://punapibali.com

Hilangkan Rasa Gengsi agar Budaya Bangsa Tetap  Abadi


Hai, Sobat Pio! Kali ini kita akan membahas cara agar budaya bangsa tetap abadi. Indonesia telah dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya daerah atau lokalnya. Dengan banyaknya budaya daerah yang dimiliki bangsa Indonesia, masyarakat wajib untuk melestarikan budaya daerah yang ada di sekitarnya.
Melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik dan modern. Hal ini bukan berarti kita menutup rapat untuk tidak mengenal budaya asing. Namun harus lebih selektif lagi karena banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Padahal budaya lokal sebenarnya dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, selagi tidak meninggalkan ciri khas dari budaya aslinya. Hanya saja bagaimana cara kita dapat mengadaptasikan budaya lokal di tengah perkembangan zaman yaitu era globalisasi.
Budaya nusantara harus menjadi tuan di negeri sendiri, sehingga masyarakat tidak mengalami kepanglingan terhadap budaya asli daerah. Memajukan kebudayaan sudah disematkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 1, yang menyebutkan negara Indonesia memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
Sehingga kebudayaan nusantara tidak musnah dan tetap bertahan. Maka dari itu kita sebagai generasi penerus, sudah seharusnya ikut serta dalam melestarikan kebudayaan lokal. Banggalah dengan budaya nusantara yang kita miliki dengan menghilangkan rasa gengsi agar budaya bangsa tetap abadi. Terlebih di zaman yang serba canggih ini sudah saatnya generasi milenial bangkit untuk sebar dan viralkan keunikan ini pada dunia luar.
Tidak kalah penting adalah menanamkan nilai kebudayaan bangsa kepada generasi milenial. Sehingga kebudayaan nusantara tidak musnah dan tetap bertahan, mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan budaya orang lain, serta mempratikkan budaya dalam kehidupan sehari hari.
Jadi Sobat Pio, kita harus tetap bisa melestarikan budaya yang kita miliki misalnya dengan cara menghilangkan rasa gengsi atau malu terhadap kebudayaan yang kita miliki. Singkatnya pengelolaan kekayaan budaya merupakan cara kita bagaimana budaya bisa dipahami, dilindungi, dilestarikan, dan dikembangkan. (RED_RZK)

Sumber: https://jatengprov.go.id/