Mengenal Sastrawan Indonesia Chairil Anwar


Hai, Sobat Pio! Chairil Anwar adalah salah satu penyair terkemuka Indonesia pada era kemerdekaan. Ia dilahirkan di Medan, Sumatra Utara pada 26 Juli 1922. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Ia juga masih memiliki pertalian keluarga dengan Soetan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Chairil Anwar dikenal sebagai pribadi yang memiliki sifat keras kepala dan tidak ingin kehilangan apapun, hal itu merupakan sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.

Pada usia 19 tahun, Chairil Anwar bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Pada tahun 1942, nama Chairil Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan. Ada begitu banyak puisinya yang ditolak penerbit lokal karena dianggap terlalu individualis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Selama hidupnya, Chairil Anwar telah menulis 75 puisi, 7 prosa, dan 3 koleksi puisi. Ia juga menerjemahkan 10 puisi dan 4 prosa. Kemudian, sajak-sajak itu terkumpul menjadi beberapa buku, antara lain (1) Deru Campur Debu yang diterbitkan oleh Penerbit Pembangunan, Jakarta tahun 1949 (2) Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus diterbitkan oleh Pustaka Rakyat, Jakarta tahun 1946 dan (3) Aku Ini Binatang Jalang yang diterbitkan oleh PT Gramedia, Jakarta tahun 1986. Sifat yang bisa dicontoh dari Chairil Anwar adalah jangan pantang menyerah terhadap apa yang menjadi keinginan kita, bukan orang lain.

Namun, pada tanggal 28 April 1949 Chairil Anwar meninggal dunia dalam usia muda (27 tahun) karena sejumlah penyakit yang dideritanya. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Umur Chairil Anwar memang tidak lama, namun keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi akan terlaksana melalui karya-karyanya yang abadi sampai sekarang. Ia juga dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan 45 sekaligus puisi modern bersama Asrul Sani dan Rivai Apin. (RED_ASF)

Sumber: http://ensiklopedia.kemendikbud.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *