Super


Karya: Ayu Rahmawati D. (XI-OTKP 2)

Rupanya memiliki nilai di bawah rata-rata itu seperti jatuh cinta. Deg-degan parah. Sebelum bertemu dengan orangtua-ku, kurasa aku harus pergi ke kuburan untuk mengubur diri. Kalian pasti menatapku aneh, mengapa aku bisa selebay ini. Masalahnya peringkatku berada di nomor 2 dari bawah. Aku menyesal tidak belajar, tapi aku juga malas melakukan itu. Setelah melihat rapotku sontak orangtuaku teriak. Jangan tanya aku lagi apa. Aku sudah kabur, teman-teman! Samar-samar kudengar teriakan ibuku yang pasti sangat kesal dengan nilaiku yang tak pernah meningkat itu. Bahkan setelah ku sampai di taman, suara ibuku masih saja terdengar.
Tak ada angin, tak ada hujan, si Yashua rupanya sudah berada di sampingku. Yashua adalah sahabatku yang kedua. Dia benar-benar gaib. Tak ada suara yang datang dari tadi. Pantas merinding bulu romaku. Wajahnya saja membuatku takut, dia seakan tak berekspresi.
“Woy!” teriakku tepat di kupingnya, “dari kapan kau di sini?”
“Nongkrong.” jawabnya singkat. Ditanya apa, jawabnya apa. Dasar tokek piknik.
“Kau pasti kena marah juga kan sama Mak Bapak?!” tanyaku lantang. Dia hanya berdehem tanda mengiyakan. “Untung peringkatku masih di atasmu.” sambungku. Yashua berdehem lagi.
“Huaaaa… aku gak mau punya nilai jelek. Semester depan aku harus peringkat satu pokoknya!” teriakku lagi.
Yashua mengelus dadanya sambil berkata, “makanya belajar dong, Kambing!” teriaknya kepadaku. Loh… loh…. Siapa yang ngajarin Yashua yang polos membentakku?!
Hari makin sore dan Yashua pulang, aku masih berada di taman. Sekitar sepuluh menit aku pun pulang juga. Belum sampai lima langkah, aku kaget. Benda basah dan bau menghantamku dari arah depan, tepat di mukaku. Apa ini? Buang sampah kok di muka orang.
Aku marah dong. Kulempar benda tadi dari mukaku ke sembarang arah. Benda itu berbunyi “plok” mendarat ke suatu mobil, eh tapi kok berbentuk seperti piring. Piring besar itu terbuka dan dari sana aku melihat sosok aneh. Oh, dia seperti teman SpongeBob!
Makhluk itupun menghampiriku. “Jangan dibalikin lagi dong, Mbing.” protesnya kepadaku. Lah. Mbing? Wah, rupanya si Yashua menyamar!
“Eh tokek, kau menyamar ya?!” cetusku pada makhluk yang kukira Yashua tersebut. Makhluk itu berbentuk seperti Squidword si tokoh kartun gurita ataukah cumi-cumi dan aku tidak peduli. Tak kusangka aku bisa bertemu cosplay-nya Squidword. Makhluk tersebut bingung dengan apa yang kukatakan dan hidungnya mulai melambai-lambai. Suaranya terdengar datar dan seperti robot. Mengingat watak dan perilaku Squidword pun membuatku semakin yakin kalau makhluk ini adalah Yashua.
“Namaku Nino. Senang bertemu denganmu, Mbing.” ucapnya, akupun manggut-manggut saja. Malas berdebat. Tiba-tiba benda yang kulempar tadi ia tarik menggunakan sinar entahlah apa kemudian memberikannya kepadaku. Rupanya benda tadi adalah kain pel. Aku menerimanya dengan gestur jijik. “Apaan nih?!”
“Rawat itu baik-baik, jangan sampai ada yang memusnahkannya. Kalau sampai musnah, kau akan menyesal.” jelasnya kepadaku. Wah, ngelawak nih makhluk. “Ya tapi bersihkan dulu dong, masa ngasih orang barang jelek begini.” sergahku.
“Benda itu telah teruji klinis untuk membersihkan kapal kami,” ia menunjuk ke piring besar. Ih pantas bau banget, masih basah pula.
“Eh, tunggu. Kekuatan apa?”
Singkat cerita, aku pulang ke rumah di malam hari. Nino telah melatihku menggunakan benda itu. Coba tebak, aku sekarang menjadi superhero! Aku pun tak menyangka. Bagaimana bisa terlempar kain pel bisa membuatku terbang seperti burung. Aku memiliki kekuatan super, seperti terbang, berlari kencang, dan memperlambat waktu. Pun aku bisa meminta apapun untuk tiga kali permintaan setiap harinya. Dan itu akan terwujud dalam waktu sepuluh detik dan bisa dibatalkan sesukaku. Keren banget, mimpi apa aku semalam.
Pada semester baru aku pergi ke sekolah dengan semangat. Pelajaran berjalan seperti biasa namun pastinya aku jadi lebih bersemangat karena permintaan pertamaku adalah mendapatkan nilai bagus pada tugasku hari ini. Lima, tapi ia sahabat pertamaku, heran melihat sahabatnya yang jarang-jarang mendapat nilai di atas 50. “Wih, tumben Ran.” ucap Lima sambil melotot ke kertas nilai tugasku. Aku hanya nyengir kuda.
Hari-hari berjalan seperti biasa, namun diriku terasa luar biasa. Aku bisa mendapatkan apapun yang aku mau. Lapar tak perlu jauh-jauh pesan makanan, tak perlu belajar, nilai pun tak menjadi khawatirku. Sampai pada suatu saat, Yashua yang sosok terlihat tak peduli itu bertanya tentang keadaanku, “Mbing, kau kenapa sih?” Tiba-tiba aku teringat Nino, apa sebenarnya hubungan gelap mereka berdua?
“Kenapa gimana maksud kau?” tanyaku balik. Yashua memicingkan matanya. “Nilaimu gak biasanya saja. Kau punya guna-guna ya?” tanyanya. Lima manggut-manggut, ia pasti sudah menyadari ada yang aneh dariku dari tugas pertama itu.
“Ini, jadi aku punya kekuatan super.” aku memutuskan untuk menjelaskan semuanya pada sahabatku itu. Mengejutkan, rupanya Yashua juga pernah diberi kekuatan super itu oleh Nino, tapi ia menolak. “Gak ada gunanya punya yang seperti itu. Malah bikin kau tambah malas dan tamak.” ucap Yashua.
“Tapi kan aku ingin membahagiakan orangtua dengan nilaiku yang semakin meningkat ini,” debatku.
“Itu sama saja berbohong.” balas Lima.
“Aku tidak mau menjadi Ran yang tak berguna lagi. Kalian lihat, aku juga bantu mereka yang butuh contekan kok. Itu sama saja membantu orang yang sedang kesusahan, kan?”
“Oh, jadi menurutmu Ran yang berguna itu yang pecundang seperti ini?” Sial, pertanyaan Yashua membuatku sakit hati. Aku menunduk.
Lima menghela napas dan berkata, “Kau perlahan menjauhi kami sejak kau dapat nilai bagus. Setelah bisa segalanya, kau sudah tak butuh kami lagi, ya?”
Aku tidak terima dengan ucapan mereka, “Aku masih sahabat kalian, kok. Lagipula, aku jadi lebih bahagia dengan adanya kekuatan ini!”
“Ingat, Ran. Kekuatan itu hanya sementara, nanti kau akan kembali lagi bodoh akademik sepertiku. Tak perlu dipaksakan, kita kan memang ditakdirkan untuk hebat di bidang seni. Lagi pula kekuatan itu akan menjerumuskanmu dan aku tidak mau itu terjadi.” sahut Yashua. Ah, dia berisik sekali!
“Kekuatan yang besar perlu tanggung jawab yang besar pula, Ran.” tambah Lima. Ini kenapa mereka jadi menyalahkanku terus sih. Aku berdiri dan memandang mereka dengan serius. “Kalian nggak suka lihat aku bahagia?”

“Bukan begitu, Ran. Kita justru melakukan ini karena kita sayang sama kau. Ya kan, Yash?” Yashua mengangguk mantap. Tapi aku tidak merasa mantap sama sekali. Mereka terlalu menyudutkanku dan apa-apaan dengan sok mengguruiku tadi?!

“Cepat kau kembalikan kekuatan itu pada Nino sebelum sesuatu yang buruk terjadi.” Sambung dari Yashua. Aku yakin mereka hanya iri dengan hal yang bisa kulakukan sedangkan mereka tidak. Aku pun meninggalkan mereka begitu saja.

Hari-hariku jadi sendu dan membosankan. Di satu sisi aku menyesal telah menjauhi mereka, di sisi lain aku masih kesal. Terasa sekali hampir sebulan dan aku tidak tahan lagi berpura-pura marah dengan mereka. Jujur saja setelah sepekan kita tak bertegur sapa, aku sudah tidak masalah dengan mereka. Ucapan mereka kurasa ada benarnya. Lima selalu terlihat sedih saat pandangan kita bertemu. Yashua justru terlihat menyedihkan bagiku. Aku takut apa yang dikatakan Lima dan Yashua benar, soal kebodohanku yang sudah mendarah daging ini akan kembali saat aku kehilangan kekuatanku. Nino tak memberitahuku tanggal berapa kekuatan ini akan kadaluwarsa. Aku pun memutuskan untuk menemuinya.

Melangkah gontai menuju taman, aku masih saja memikirkan kedua sahabatku itu. Ngomong-ngomong bagaimana caraku memanggil Nino? Ku ambil batu di sekitarku dan menggosok-gosokkannya dengan tanganku, siapa tau ia bisa terpanggil. Nihil. Malah yang sekarang muncul adalah Yashua, “ngapain kau disini?” masih dengan wajah datarnya.

“Anu, cari Nino.”

“Kenapa tidak panggil namanya langsung?” Lah, gampang sekali. Kulempar batu tadi dan panggil namanya, benar rupanya. Ia datang dengan piring raksasanya kembali. “Ada apa, Mbing?” tanya Nino. Apa-apaan panggilan busuk itu. Aku menatap sinis ke arah Yashua, pasti ia yang mengajarkan hal jahat itu pada Nino.

“Aku mau tau tanggal kadaluwarsanya kekuatanku.”

“Kalau kau sudah bahagia dengan apa yang ingin kau capai dari awal, Kambing.” Ucapnya. Aku mau punya peringkat satu untuk semester depan. Rapot semester dua-ku masih lama dan aku sudah merasa semua kekuatan ini percuma saja kumiliki.

“Aku mau…” ucapku menggantung biar mereka penasaran, hehehe. Aku berpikir sejenak. Nanti aku akan kembali ke nilai jelekku. Nanti aku akan kembali ke Ran yang biasa dan tak berguna. Nanti aku akan kembali pada diriku yang membosankan dan keseharian yang itu-itu saja.

“RAN!” Lima telah menyadarkanku dari renunganku. “Maafkan kami telah meremehkanmu. Kami tidak memercayaimu dengan kekuatanmu itu. Tapi kau harus dengar ini baik-baik, apapun kekuatan dan kemampuanmu, kau hebat, Ran! Kami sangat menyayangimu. Kami ini sahabatmu!” Lima yang tak pernah semili-pun air mata jatuh dari matanya membuatku ikut menangis. Bahkan ingus kami telah mengucur deras.

“SIAPA YANG NAROH BAWANG DI SINI!” teriakku sambil berlari menuju pelukan Lima. Setelah beberapa saat, “jadi apa yang kau inginkan, Mbing?” Lima tertawa mendengar Nino memanggilku Kambing. Aku melepas pelukanku dari Lima dan melangkah ke Nino dan menatap Yashua yang sedang tersenyum ke arahku. Tampan juga sahabatku ini, HAHA.

Kubuka tasku dan kukeluarkan kain pel yang telah kucuci bersih pastinya. Yashua dan Lima kaget melihat aksiku. “Makasih atas semuanya, Nino. Tapi kurasa aku masih mau jadi manusia sejati. Jangan dibikin kotor lagi ya kain pelnya!” ucapku pada Nino.

“Terima kasih kembali, Kam—“ “Eh, panggil aku Ran!” potongku. Ia mengangguk mengiyakan dan setelah sesi berpamitan, ia langsung melayang bersama piring raksasanya. Aku menghembuskan napas lega. Dadaku terasa ringan. Setidaknya aku masih punya dua kekuatan yang tak akan bisa menjerumuskanku, yap, Lima dan Yashua. Siapa yang butuh kekuatan super jika kau punya sahabat yang super.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *