Kesehatan Mental Remaja ditengah Pandemi

Kiloe Journalists

Hai Sobat Pio! Gimana nih kabar Sobat Pio hari ini? Semoga baik-baik saja ya. Kali ini kita akan membahas kesehatan mental remaja. Asal kalian tahu ditutupnya sekolah dan dibatalkannya berbagai aktivitas penting, banyak remaja yang kehilangan beberapa momen besar di kehidupan mereka dan juga momen keseharian, seperti mengobrol dengan teman dan berpartisipasi di sekolahnya. Para remaja menghadapi situasi baru ini tidak hanya merasa kecewa, namun juga kecemasan, dan perasaan terisolasi yang membebani terhadap perubahan hidup akibat wabah yang secara cepat.

Menurut analisis data yang disampaikan Unicef, sebanyak 99% anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun di seluruh dunia tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk pembatasan gerakan yang berlaku karena COVID-19. Sebanyak 60% anak tinggal di salah satu dari 82 negara dengan lockdownpenuh atau sebagian yang jumlahnya mencakup 1,4 miliar jiwa muda. Menurut data survei Global Health Data Exchange 2020, ada 27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah kesehataan kejiwaan. Artinya, satu dari sepuluh orang di negara ini mengidap gangguan kesehatan jiwa.

Untuk data kesehatan mental remaja di Indonesia sendiri pada 2019, terdapat sebanyak 9,8% merupakan prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja berumur kurang dari 15 tahun. Sedangkan pada 2013, hanya 6% yang termasuk prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja berumur kurang dari 15 tahun. Sedangkan untuk prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia pada 2013 mencapai 1,2 per seribu orang penduduk. Saatkesehatan mental remaja tertekan biasanya mereka terlihat tidak bersemangat, nafsu makannya berkurang, pola tidurnya tergangguatau susah tidur, dan juga khawatir yang berlebihan.

Yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesehatan mental remaja dengan cara memberikan pengertian pada remaja untuk bisa menyadari bahwa kecemasannya adalah hal yang wajar. Kecemasan yang dialami remaja adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri. Dengan mencariinformasi yang benar dari sumber terpercaya, mengurangi bermain sosial media, serta membatasi menonton atau melihat berita tentang Virus Corona juga bisa mengurangi kecemasan yang dirasakan pada remaja. Sebisa mungkin orangtua bisa menjadi teman berbagi bagi remaja. Berikan ruang bagi remaja untuk terbuka soal perasaan khawatirnya kepada orangtua.

Tidak terlalu sering membicarakan Virus Corona atau mencaripengalihan suasana dengan kegiatan menyenangkan dan hal yang produktif dinilai bisa mengurangi kecemasan dan membuat remaja merasa tidak terlalu terbebani. Biarkan remaja menghubungi teman-teman mereka untuk menjalin komunikasi, berbagi cerita dan bisa melampiaskan apa yang dirasakannya. Dengan begitu, kejenuhan remaja saat pandemi bisa terlepaskan. Nah, itu tadi cara mengatasi kesehatan mental remaja. Tetap jaga kesehatan dengan mematuhi protokol kesehatan dengan cara 3M. Semoga artikel kali ini bermanfaat, sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_PIN)

Sumber: http://indonesiabaik.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *