Celurit Hujan Panas

CHP

Hai Sobat Pio, apa kalian tau buku yang sedang popular saat ini? Yap, Celurit Hujan Panas. Seperti judulya, celurit menjadi benda di setiap kisahnya. Benda ini menyimbolkan harga diri pria Madura dan kehormatannya, namun rasa serta konflik diceritakan secara harfiah. Penulis buku Celurit Hujan Panas adalah Zainul Muttaqin asli kelahiran pulau garam dan penerbitnya adalah Gramedia Pustaka Utama. Bukunya telah dimuat di berbagai media massa dan memenangkan beberapa kompetisi penulis. Ternyata tebal bukunya yaitu 158 halaman dan  berisi dua puluh kisah berlatar Madura yang jarang terdengar di kesusastraan Indonesia. Menceritakan suasana puasa yang identik dengan mudik lebaran di kampung halaman.

Bahkan mengisahkan tentang kepercayaan rakyat Madura bahwa terjadi hujan pada saat cuaca benderang atau panas, berarti sedang ada seseorang yang meninggal menjadi korban carok. Carok sendiri merupakan duel antara dua orang lelaki menggunakan celurit, untuk mempertahankan kehormatan diri, antara lain, seorang lelaki menganggap laki-laki lain mengganggu pasangannya. Seorang gadis menolak pinangan pertama seorang laki-laki, mereka akan menjadi gadis sangkal, yaitu tidak akan menikah untuk selamanya menjadi  mitos andeng. Hal istimewa yang ingin disampaikan penulis adalah kearifan lokal Madura yang potensial. Tak hanya berkisah tentang kearifan lokal, penulis juga bercerita tentang kobhung, yaitu bangunan khas Madura yang mulai dibangun secara modern. Kehidupan masyarakat desa di Madura dengan adat istiadatnya akan menambah pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari.

          Merupakan hal yang menarik, karena selama ini buku tentang masyarakat Madura tergolong langka bahkan nyaris tidak ada. Belum ada buku yang mengisahkan tentang orang Madura modern yang di kota dengan segala permasalahannya termasuk diri sendiri atau konflik antara adat lama dengan nilai-nilai baik, cara hidup yang dibawa oleh perubahan kehidupan maupun arus global, terbatasnya hidup seorang anak nelayan miskin,  kelicikan lurah yang bersedia dibayar dengan uang dari kota untuk merayu rakyatnya menjual sawah dengan harga murah, dan kebodohan rakyat desa yang begitu mudah menjual  tanah-tanah mereka, karena ingin  mendapat uang dalam jumlah besar dengan cara instan dan menghabiskannya untuk keperluan konsumtif. Nah sobat pio, apakah sudah tertarik untuk membaca buku ini? Pastinya sudah dong dengan membaca buku wawasan kita akan menjadi luas. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. (RED_SSS)

Sumber : www.womantalk.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *