Terima Kasih Pahlawanku


Hai Sobat Pio, kalian pasti penasaran dengan makna puisi yang berjudul “Terima kasih Pahlawanku” kan? Ya, puisi itu memiliki makna yang sangat dalam sekali, butuh beberapa kali untuk bisa memahami makna dari puisi “Terima kasih Pahlawanku”. Nah, kali ini kita akan membahas puisi yang berjudul “Terima kasih Pahlawanku.”

Terima kasih Pahlawanku

Wahai pahlawanku…

Sungguh besar perjuanganmu.

Teriakan dan tangisan kesakitan menggema di telingamu.

Namun hal itu tak bisa meruntuhkan semangatmu.

Wahai pahlawanku…

Dengan kau bawa bambu runcing saja.

Kau bisa memusnahkan para penjajah.

Yang membawa pistol dan senjata.

Kau rela korbankan jiwa ragamu.

Demi nusa dan bangsa ini.

Betapa kerasnya perjuanganmu.

Hingga jasa-jasamu ini tak bisa ku lupakan.

Bangsa ini semakin maju.

Atas perjuanganmu dahulu.

Yang tak akan kami lupakan.

Terima kasih pahlawanku atas pengorbananmu.

Puisi Terima kasih Pahlawanku bermakna tentang ucapan terima kasih atas perjuangan pahlawan. Puisi ini mempunyai 4 bait dan berbagai makna di setiap baitnya. “Sungguh besarnya perjuanganmu” kalimat puisi tersebut bermakna para pahlawan yang rela berkorban jiwa dan raganya. “Teriakan dan tangisan kesakitan menggema di telingamu” mengambarkan suara teriakan saat terkena senjata penjajah dan tangisan itu bermakna tangisan kelurganya yang telah ditinggalkan. “Namun hal itu tak bisa meruntuhkan semangatmu” bermakna jiwa semangat para pahlawan tak bisa diruntuhkan dengan strategi untuk membuat para pahlawan Indonesia putus asa dan merelakan bangsa ini ke negara lain. “Dengan kau bawa bambu runcing saja” bermakna bahwa bambu runcing itu adalah senjata para pahlawan indonesia untuk melawan para penjajah. “Betapa kerasnya perjuanganmu” yang bermakna bahwa betapa kerasnya perjuangan para pahlawan indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan ini, dan melawan para penjajah hingga jiwa raganya dipertaruhkan untuk bangsa ini. Jadi, puisi Terima kasih Pahlawanku menceritakan tentang bagaimana perjuangan para pahlawan yang harus kita kenang dan teladani. Jangan lupa terapkan sikap nasionalisme, patriorisme, dan pantang putus asa, agar bangsa kita tidak dijajah kembali oleh penjajah. Begitulah makna dari puisi ini sekian dari artikel kali ini, semoga bermanfaat ya Sobat Pio. (RED_MIV)

Karya : Mayka Olivia K. N.

Hujan Bulan Juni


 

Hai Sobat Pio, kalian pasti tahu kan puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni”? Ya, puisi itu diciptakan oleh Alm. Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono dikenal dengan karya tulisnya yang sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Butuh beberapa kali pengulangan untuk bisa memahami makna puisi karya Sapardi. Sobat Pio tahu nggak apa makna dari puisi “Hujan Bulan Juni”? Nah, kali ini kita akan membahas puisi “Hujan Bulan Juni”.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Puisi “Hujan Bulan Juni” di atas berisi tiga bait kata, yang dimaknai banyak orang sebagai renungan diri yaitu dari sebuah rasa yang tidak mampu tersampaikan atau dibiarkan hilang. Puisi “Hujan Bulan Juni” ditulis Sapardi di bulan Juni tahun 1989, pada musim kemarau yang turun hujan. Maka, hujan yang turun saat itu sangatlah berarti. Ibaratnya jika terjadi sesuatu yang bukan pada waktunya, pasti ada yang penting dibalik itu. Dalam kalender tahunan, Juni pada umumnya sudah masuk pada musim kemarau, sehingga mustahil jika hujan turun ke bumi. Maka bisa mengandung makna tentang ketabahan dan kesabaran seseorang untuk tidak menyampaikan rindu dan kasih sayangnya pada orang yang dicintainya.

Pada larik “Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni” menggambarkan bahwa Sapardi tidak dapat menahan untuk tidak menyampaikan sayang dan rindunya. Sedangkan pada larik “Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu” menggambarkan bahwa Sapardi ingin menghapus keraguannya dalam menunggu orang yang dicintainya. Dan pada larik “Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni” menggambarkan bahwa Sapardi pandai menyimpan dan menyembunyikan rasa sayang dan rindunya pada orang yang dicintainya.
Nah secara keseluruhan, puisi “Hujan Bulan Juni” menceritakan tentang bagaimana penantian seseorang terhadap orang yang dicintainya, di mana ia dengan sabar menunggu tanpa lelah dan tetap tabah yang berujung sebuah balasan yang manis dari perjuangannya tersebut. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat ya Sobat Pio. (RED_ASA)

Sumber : HYPERLINK “http://www.minews.id” \o “http://www.minews.id”www.minews.id

Tanpa Gentar


Keringatmu mengucur bagai lautan

Darahmu menggenang di medan perang

Rasa sakit bahkan tak lagi kau hiraukan

Semua kau lakukan, atas nama perjuangan

Langkahmu yang tak pernah gentar

Tekatmu yang selalu terpancar

Bahkan moncong-moncong senapan

Tak membuat semangatmu memudar

Duhai pahlawan…

Semua ini demi kemerdekaan

Yang telah lama didambakan

Mengharapkan sebuah perubahan

Demi kesejahteraan generasi mendatang

Tanpa mengharapkan sebuah balasan

Makna Puisi :

Puisi diatas memiliki makna tentang perjuangan pahlawan di medan perang yang tanpa rasa ragu dan takut untuk membela NKRI. Begitu banyak jasa pahlawan dalam berbagai bentuk pengorbanan, seperti darah yang bercucuran, bertaruh nyawa, keringat serta rasa sakit yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Maka dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus bersemangat untuk Indonesia Maju baik dengan prestasi, pendidikan, dan lainnya. Jangan pernah menyia-nyiakan Indonesia yang sudah merdeka dari jerih payah  perjuangan para pahlawan kita.(RED_LH&AP)

Karya: Lutfi Hamidah & Aprilia Patmasari

Melangkah Bersama Resah


Setiap langkah yang berpijak pada tanah

Selalu membekaskan jejak amarah

Melangkah bersama resah

Berirama dengan gelisah

 

Sejauh mata memandang

Hanya membuat hati gundah

Tatapan sarat akan kebencian

Decakan risih penuh akan hinaan

 

Mengejar hanya akan membuat lelah

Menyerah hanya akan di anggap lemah

Memang tak akan pernah ada habisnya

Jika manusia yang jadi tolak ukurnya

 

Berusaha jadi yang terbaik

Malah membuat hidup semakin pelik

Semua hanya tentang cantik

Bahkan yang baik, semakin tidak dilirik

 

Jadi Sobat Pio, puisi diatas menggambarkan seseorang yang tidak percaya diri, yaitu memiliki makna tentang isi pikiran seseorang, bahwa setiap orang selalu mengkritik kita. Sekeras apapun kita dalam berusaha, di mata orang lain kita akan selalu salah. Maka dari itu, lebih baik menjadi diri sendiri ya Sobat Pio!

Karya: Lutfi Hamidah & Aprilia Patmasari

NASKAH SEMU


Petang itu dibagian barat kota

kutulis sejuta naskah tentang asmara

dengan aku yang menjadi sutradara

dan kau sebagai tokoh utama

 

Pilihan diksi kutata sedemikian rupa

agar terkesan bahwa kau sangat kupuja

menawan selalu di tiap bait kata

semua tentangmu kutulis begitu hiperbola

 

Alur membawa mundur menuju kilasan

ketika dahulu kau begitu handal bermain peran

dan aku terpukau berkepanjangan

sampai episode terakhir ditayangkan

 

Naskah yang kutulis berantakan

aku tak bisa mengutarakan kebohongan

atau menyanjungmu hingga ke akar patahan

karna semua tak seindah yang kuceritakan (RED_ADP)

Puisi diatas memiliki makna tentang mengisahkan tentang seorang perempuan yang begitu mencintai kekasihnya. Hingga suatu saat dia tersakiti, karena orang yang dikasihinya tidak sebaik yang dikira.

AMPUNI AKU, BUNDA


Peluh menderai tiada henti

Raga meringkih karna usia tak lagi dini

Lelah letih begitu mendominasi

Tapi asa tetap kukuh demi sang buah hati

 

Tak pernah keluh kesah kau ucapkan

Atau sekadar menampakkan raut kesedihan

Kau senantiasa tersenyum disetiap keadaan

Doa-doa kau panjatkan tulus tak terbalaskan

 

Bunda…

Ampunilah aku…

Yang pernah mencerca keadaan kala kau tak sanggup penuhi keinginanku,

Yang pernah mengeluh kala aku merasa tak seperti temanku,

 

Bunda…

Dikala dosa-dosa kupupuk dengan sengaja

Dikala aku melukai hatimu secara berkala

Ketahuilah,

Aku selalu menyayangimu tiada tara  (RED_ADP)

 

 

 

 

Makna Puisi :

 

Puisi diatas memiliki makna tentang perjuangan seorang ibu demi anaknya yang tidak kenal lelah dan letih apalagi sedih untuk menghidupi anak kesayangannya.

Akan tetapi, anak itu kurang bersyukur terhadap keadaan yang diterima dan hanya terus mengeluh tentang kondisi yang dialaminya, hingga pada suatu saat dia menyadari bahwa dosa-dosanya terhadap ibunya terlalu banyak.

Meskipun begitu ibunya akan selalu memaafkan setiap kesalahan anaknya dan begitu juga sang anak yang akan tetap sayang kepada ibunya bagaimanapun keadaannya.

Perahu


Inilah gerangan suatu madah,
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah.

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu.

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak,
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang,
riaknya rencam ombaknya karang,
ikanpun banyak datang menyarang,
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit,
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

(RED_NL)
Sumber: https://googleweblight.com

Iman dalam Mi’raj


Sebuah puisi hati….
Tentang aroma keimanan
Sebuah puisi malam…
Yang mengajari kepercayaan
Terhadap seseorang…
Laki-laki suri tauladan
Yang senyumnya indah merekah bak sinar mentari
Yang akhlaknya mulia melebihi intan permata
Sebuah puisi keyakinan…
Tentang arti sebuah perjalanan.
Yang Sang pemilik hujan anugerahkan padanya, pada pria shaleh itu..
Pada Rasulullah…
Mi’raj ajari manusia untuk bersujud pada sang Rabbi…
Allah Swt…
Mi’raj ajari kaum muslim mencintai Tuhan-Nya
Merindukan kasih pertemuan dengan pencipta-Nya
Allah Swt…
Dan, ini sebuah puisi keimanan…
Yang hanya bisa dicerna dengan bisikan hati bersih…
Bukan dengki atau munafik
Sebuah perjalanan ke Sidratul Muntaha yang penuh berkah
Memberikan ketajaman jiwa…
Ya, pada hati ini…
Pada jiwa ini…
Tentang sebuah keimanan, yang harus tumbuh mengakar di sukma ini…
Hingga kelak bertemu dengan sang Illahi.
Sumber : cipcipmuuach.blogspot.co.id

Ramadhan Menuju Kemenangan


Ramadhan …
Bulan yang menjajikan
Jangan kamu sia-siakan untuk berbuat kemaksiatan
Karena,maksiat tak bermakna
Manfaatkanlah…
walaudengan segelintir amalan
Bulan suci penuh ampunan
Yang melipahkan pahala kebaikan
Melewati berbagai cobaan
Akhir yang penuh harapan
Yaitukemenangan
Hari raya Idul Fitri …….
Kemenangan sambutdengansenyuman
Membuka kemurnian hati
Dengan saling memaafkan

BULAN


Bulan….
Ku pandang diatas awan yang dibalut malam kelam
Ku ulur tangan menggapai tapi ku tak sampai
Ku tau bulan menunggu, namun apa dayaku?
Kuhanya mampu menatapmu dalam sayu
Bulan….
Jangan kau merenung
Jangan kau bersedih
Jangan kau menangis
Tak mampu ku kesana walau sudah ku rencana
Bulan….
Cahyamu indah menerangi negeri
Pesonamu memikat semua hati
Indahmu tiada tertandingi
Malam bergerak perlahan
Ingin memisahkan ku dari tatapanmu
Ku hanya mampu berharap siang cepatlah berlalu
Agar ku bisa kembali menatapmu

Bulan tetaplah bersinar walau jauh dari pandangan